PSIKOLOGI HEWAN

  1. Pengertian dan Sejarah Psikologi

Kata Psikologi berasal dari bahasa Inggris Psychology, yang berakar dari paduan bahasa Yunani “Psyche” (= jiwa, meniup) dan “logos” (=nalar, ilmu). Dalam mitologi Yunani Kuno, Psyche adalah seorang gadis cantik bersayap seperti kupu-kupu. Jiwa dilambangkan dengan gadis jelita, sedangkan kupu-kupu melambangkan keabadian. Apabila diartikan secara harfiah dari etimologi ini maka Psikologi berarti Ilmu Jiwa.

Psikologi berasal dari dua kata (bahasa Yunani): psyche yang berarti jiwa (soul)dan logos yang berarti ilmu.Akar dari psikologi adalahfilsafat dan fisiologi.Filsafat (philosophy)berasal dari kata philos yang berarti cinta (love) dan Sophia yang berarti kebijakanaan (wisdom). Jadi filsafat adalah ilmu yang mencintai kebijaksanaan. Sedangkan physiology adlah cabang dari biologi yang berkaitan dengan kajian ilmih tntang bagaimana fungsi-fungsi mahkluk hidup.

2. Objek

Salah satu syarat mutlak untuk dapat dikategorikan sebagai ilmu, maka psikologi harus jelas objek kajiannya. Perkembangan terkini disiplin ilmu psikologi tidak hanya membatasi pada manusia, tetapi juga “jiwa” hewan. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa objek material (apa yang dikaji) psikologi adalah organisme (manusia dan hewan). Sedangkan objek formalnya (cara meninjau) adalah gejala kejiwaan atau perilaku organisme.

Tuhan menciptakan berbagai makhluk hidup di alam raya ini, salah satunya adalah hewan. Hewan adalah salah satu makhluk hidup yang sangat dekat dengan kehidupan kita (manusia). Kita manusia, makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan Tuhan tentu tahu bahwa Hewan tidak mempunyai akal. Tapi dari ketidak sempurnaan itu, justru malah memberi kita hikmah tentang kehidupan yang kita jalani ini.

Dari hewan kita dapat belajar banyak hal dan betapa pentingnya hewan bagi kehidupan manusia. Pada awal masa kehidupan, hewan hidup secara liar di habitatnya masing-masing. Terpisah dengan manusia. Sejarah mengajarkan bahwa hewan telah diburu oleh manusia untuk dimakan sejak dahulu kala. Saat zaman berburu dan mengumpulkan makanan berubah menjadi zaman bertani dan bercocok tanam, manusia mengubah gaya hidup menjadi agraris dan mulai melakukan domestikasi terhadap hewan agar mereka dapat tinggal bersama-sama dengan manusia. Manusia melihat hewan-hewan liar ini dapat dimanfaatkan untuk membantu kehidupan mereka.

Hewan juga dapat digunakan sebagai objek percobaan di laboratorium. Beberapa hewan seperti tikus dan mencit banyak digunakan  untuk penelitian dan perkembangan sains sebagai hewan laboratorium. Salah satu contoh penggunaan mereka dalam sains terapan adalah di bidang biomedis. Penelitian mengenai kesehatan, penyakit, dan obat-obatan terlebih dahulu diujikan kepada hewan laboratorium sebelum diaplikasikan untuk kesehatan manusia.

Dalam tulisan ini kita akan belajar bagaimana menjalin persahabatan yang baik. Persahabatan tidak hanya terjalin antara manusia saja atau antara manusia dan hewan, tetapi persahabatan juga terjalin antara hewan.

PERSAHABATAN KUDA NIL DAN KURA-KURA

Kisahnya bermula dari ketika terjadi tragedy tsunami yang melanda Asia dan Afrika. Salah seorang relawan menemukan seekor bayi kuda nil yang berumur satu tahundengan kondisi yang memperihatinkan. Setelah dirawat, kuda nil itu pun akhirnya dibawa ke Haller Park dekat Mombasa, sebuah taman suaka margasatwa milik Lafarge Eco System’s East African Firm, pada 27 Desember 2006. Bayi kuda nil itu kemudian diberinama Owen, sesuai nama penyelamatnya (relawan).

Di suaka margasatwa Haller Park inilah kisah persahabatan unik itu dimulai.

Petugas suaka menempatkan bayi kuda nil tersebut di sebuah area unuk hewan-hewan kecil. Langkah ini dilakukan karena Owen masih tergolong bayi. Sementara jika ditempatkan di lokasi untuk kawasan kuda nil, petugas perwat khawatir Owen akan diserang kawanan kuda nil lain yang tak mengenalnya. Karena kuda nil sanagt agresif dan “fanatik” pada kawanannya, bila ada kuda nil asing mereka bisa saja membunuhnya.

Ketika Owen dilepas, ia masih bingung. Mungkin karena harus menempati lingkungan baru dan beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Namun setelah ia merasa sedikit nyaman, Owen langsung menatap dan tertarik pada seekor kura-kura bernama Mzee.

Mzee, adalah spesies kura-kura Aldabran usia 130 tahun seberat 700 pound (320 kg). Mzee yang dalam bahasa Swahili (Afrika) berarti “wise old man” (si tua bijaksana), merupakan penghuni lama area yang dilengkapi dengan kolam asri dan hutan buatan.

Awalnya, Owen langsung beranjak mendekati Mzee. Namun Mzee sama sekali tidak memperdulikan Owen. Hari demi hari Owen selalu mengikuti Mzee ke manapun ia pergi. Sepertinya Owen berupanya mengambil hati Mzee. Seiring berjalan waktu dan kegigihan Owen mendekatinya, Mzee akhirnya menerima kehadiran kuda nil muda itu.

Berminggu-minggu kemudian keduanya sudah tampak begitu akrab. Mzee layaknya dianggap sebagai induk oleh Owen, sementara mzee selalu menjaga Owen dengan kelembutan. Owen juga selalu mematuhi dan senang bermain dengan Mzee.

Ikatan persahabatan mereka mengental bagai sebuah keluarga. Para perwat hewan di Haller Park bingung dengan tingkah kedua hewan beda spesies ini. Mereka bagaikan induk dan anak dari satu spesies yang sama.

Apa yang disantap Mzee juga disantap Owen, di mana Owen tidur di situ pasti ada Mzee. Mereka selalu bermain air di kolam bersama, makan bersama, tidur bersama dan berjalan-jalan keliling area taman bersama-sama pula.

Setahun berlalu, namun kedua hewan beda spesies itu semakin lengket. Keduanya sudah tak dapat terpisahkan lagi. Fenomena ini sungguh mengejutkan sejumlah besar ilmuwan. Bukannya saja karena peristiwa seperti ini belum pernah terjadi, tetapi di antara mereka juga sudah mengembangkan “bahasa” mereka sendiri sebagai system komunikasi di antara keduanya. Bahasa komunikasi lewat suara yang sama sekali belum pernah ditemukan dalam kelompok kuda nil atau pin kura-kura Adabran.

Suara dalam nada tertentu dari Mzee direspon Owen pula secara tepat. Begitu pula sebaliknya, suara dalam nada tertentu dari Owen direspon Mzee pula secara tepat. Selain itu, keduanya juga mengembangkan bahasa tubuh yang hanya mereka berdua yang dapat memahami, seperti gigitan lembut, sentuhan, dorongan dan belaian yang masing-masinng direspon sebagai suatu kode untuk melakukan sesuatu atau ungkapan kasih saying diantara keduanya.

Keunikan persahabatan Owen dan Mzee pun menjadi lambing cinta dan persahabatan yang tidak mengenal batasan fisik, ras, spesies dan teritori.

Sungguh sangat luar biasa dengan sedikit belajar mengenai Psikologi Hewan kita sudah banyak mendapatkan ilmu. Semestinya kita sebagai manusia semakin merunduk karena rasa malu yang semakain berat setelah tahu bahwa begitu banyak manfaat serta pelajaran yang bisa kita ambil dari kehidupan hewan. Hewan saja mampu saling menghargai satu sama lain walaupun berbeda spesies, mengapa kita sebagai manusia yang diberikan akal tidak dapat melakukan hal yang bisa dilakukan hewan. Kita sebagai manusia harus bisa belajar untuk lebih peka terhadap orang-orang di sekeliling kita.

http://www.umm.ac.id/

REFLEKSI PERTEMUAN VI

Kelompok 11

EKOSISTEM AKUATIK

  • Ekosistem akuatik adalah ekosistem yang lingkungan hidup eksternalnya dikuasai dan di ungguli oleh air tawar, yang merupakan habitat dari berbagai makhluk hidup.
  • Hutan pantai ialah Hutan yang menyebar di sepanjang pantai yang tidak tergenang oleh pasang surut air laut
  • Rawa adalah lahan genangan airsecara ilmiah yang terjadi terus-menerus atau musiman akibat drainase yang terhambat
  • Hutan mangrove disebut juga hutan pantai atau hutan bakau. Hutan yang tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
  •  Ciri-ciri ekosistem air tawar:
  1. Variasi suhu tidak menyolok
  2.  Penetrasi cahaya kurang dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca.
  • Ekosistem air tawar dibagi menjadi dua: ekosistem air lentik dan ekosistem air lotik
  • Estuaria adalah perairan muara sungai semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar
  • Ciri-ciri ekosistem air laut:
  1. Memiliki kadar mineral yang tinggi, ion terbanyak ialah Cl`(55%), namun kadar garam di laut bervariasi, ada yang tinggi (seperti di daerah tropika) dan ada yang rendah (di laut beriklim dingin).
  2. Ekosistem air laut tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.
  • Ekosistem pantai karang meliputi terumbu karang yang merupakan ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur
  • Pantai tipe ini umumnya berada didekat muara sungai. Biota penyusun ekosistem ini sevariatif  pantai pasir putih. Kebanyakan Crustacea seperti undur-undur laut (Emerita sp.).
  • Ekosistem pantai lumpur terbentuk dari pertemuan antara endapan lumpur sungai dengan laut
  • Estuaria adalah perairan muara sungai semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dapat bercampur dengan air tawar
  • Laut dalam merupakan daerah yang tidak pernah diungkapkan dan dijelajahi
  • Bentos merupakan sebuah organisme yang tinggal di dalam atau di dasar laut

 

Kelompok 12

SUKSESI

  •  Suksesi ialah proses perubahan yang berlangsung satu arah secara teratur
  • Macam-macam suksesi:
  1. Primer, contohnya: gangguan alami (tanah longsor) dan aktifitas manusia (penambangan batu barah)
  2. Sekunder, contohnya: gangguan alami (angin topan) dan gangguan manusia (pembukaan lahan baru)
  • Komponen dan proses suksesi: Nudasi, migrasi, Eksesis, Kompetisi, Reaksi, dan Klimak
  • Tipe suksesi: Hidrosere, halosere, dan Xerosere
  • Penyebab suksesi:
  1. Iklim, contohnya: kekeringan
  2. Topografi, contohnya: erosi tanah
  3. Biotik, contohnya: serangga yang mengganggu lahan pertanian
  • Urutan terjadi proses suksesi:
  1. Lumut kerak
  2. Lumut kerak daun
  3. Lumut
  4. Rumput-rumputan
  5. Semak-semak
  6. Pohon
  • Teori klimaks: Teori monoklimaks, teori poliklimaks, dan teori informasi

REFLEKSI PERTEMUAN V

Kelompok 9

EKOSISTEM

Berhubung kelompok 9 adalah kelompok saya, jadi saya tidak mengisi refleksi dari kelompok 9

 

Kelompok 10

EKOSISTEM DARAT

  • Ekosistem adalah komunitas organik yang terdiri atas tumbuhan, hewan dan mikroorganisme bersama dengan lingkungan fisik dan kimia di habitatnya. Ekosistem tersusun atas beberapa komponen, yaitu komponen abiotik dan komponen biotik.
  • Di dalam ekosistem darat itu terdapat beberapa jenis hutan, antara lain adalah: hutan hujan tropis, hutan musiman tropis, hutan conifer, boreal, luruh temperate, hutan taiga, bioma – bioma hutan subtropik selalu hijau daun lebar, padang rumput, tundra, padang pasir, zona arid/kering, hutan savanna, dan hutan kayu elfin.
  • Dalam diskusi yang terjadi di Lab Biologi, terdapat 2 pertanyaan
  1. Eurasia adalah Eropa dan Asia, pertanyaannya Eurasia itu dari Negara mana sampai Negara mana

Jawabannya adalah di Negara yang berada di daratan eropa itu adalah Negara-negara pecahan dari unisoviet serta di asia adalah Negara arab Saudi atau Negara-negara timur tengah.

  1. Mengapa bisa terjadi pembusukan pada hutan hujan tropis dan apa penyebabnya?

Jawabannya adalah karena kurangnya cahaya yang masuk kedalam hutan tersebut.

REFLEKSI PERTEMUAN IV

Kelompok 7

VEGETASI

  • Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
  • Vegetasi di definisikan sebagai mosaik komunitas tumbuhan dalam lansekap dan vegetasi alami diartikan sebagai vegetasi yang terdapat dalam lansekep.
  • Konsep dasar komunitas terdiri dari:
  1. Formasi ialah suatu unit vegetasi yang besar disuatu wilayah yang ditunjukan beberapa bentuk dominan.
  2. Assosiasi ialah formasi klimaks, berisikan dua atau lebih yang ditandai oleh lebih dari satu spesies.
  3. Ektone ialah zona peralihan antara dua komunitas yang berbeda, tetapi menunjukkan sifat yang khas.
  • Ekotone adalah batas komunitas. Diketahui bahwa komunitas dapat berubah secara tiba-tiba sebagai akibat dari lingkungan yang tiba-tiba saja terputus atau karena interaksi tanaman terutama terhadap kompetisi.
  • Faktor penyebab terjadinya vegetasi:
  1. Iklim
  2. Keadaan tanah
  3. Tinggi rendah permukaan bumi
  4. Makhluk hidup (biotik)

 

Kelompok 8

VEGETASI HUTAN

  • Ada beberapa jenis metode analisis vegetasi yang dibahas oleh kelompok 8, antara lain adalah:
  1. Metode Destruktif yaitu metode yang menganalisis suatu materi atau bahan.
  2. Metode Nondestruktif yaitu metode yang menggunakan dua pendekatan
  3. Metode Floristic yaitu metode yang menentukan keanekaragaman dari berbagai bentuk vegetasi
  4. Metode Nonfloristic yaitu metode yang mengungkapkan vegetasi berdasarkan bentuk hidupnya.
  • Macam-macam peta vegetasi yaitu: kuadrat, garis, titik, kuarter, dan teknik ordinasi.
  • Analisa vegetasi ialah cara mempelajari komposisi jenis dan struktur vegetasi tumbuh-tumbuhan.
  • Indeks Nilai Penting (INP) digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya.

REFLEKSI PERTEMUAN III

Maaf teman-temdalam an refleksi pertemuan 3, saya tidak dapat menuliskan isi refleksi ini. sebab pada presentasi kelompok 5 dan 6 saya tidak hadir………… DANKEN ^_^

REFLEKSI PERTEMUAN II

KELOMPOK 3

LINGKUNGAN BIOTIK DAN ABIOTIK

1. Tiga aspek penting sistem ekologi:

  1. Kualitas cahaya.
  2. Intensitas cahaya.
  3. Lama penyinaran.

2. Peran cahaya terhadap tumbuhan

  1. Fotoperodisme adalah respon tumbuhan terhadap lamanya penyinara yang dapat merangsang pembungaan.
  2. Fotoenergetic adalah pertumbuhan yang dipengaruhi oleh banyaknya energy yang diserap dari sinar matahari oleh bagian tanaman.
  3. Fotodestruktif adalahtingginya intensitas cahaya yang mengakibatkan fotosintesis semakin tidak bertambah lagi.
  4. Fotomorfogenesis adalah pengendalian morfogeneis oleh cahaya
  5. Fototropism adalah penyinaran sepihak merangsang penyebaran yang berbeda dalam batang.

3. Strategi adaptasi tumbuhan terhadap cahaya

  1. Pigmentasi.
  2. Anatomi.
  3. Morfologi.

4. Karakteristik tumbuhan berdasarkan cahaya a. Heliophyta adalah tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup pada tempat-tempat dengan intensitas cahaya yang tinggi. b. Sciophyta adalah tumbuhan yang hidup dengan jumlah cahaya yang rendah.

 

KELOMPOK 4

LINGKUNGAN BIOTIK DAN ABIOTIK

( ATMOSFER DAN AIR )

1. Atmosfer adalah lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk bumi, dari permukaan planet sampai jauh di luar angkasa.

2. Udara merujuk kepada campuran gas yang terdapat pada permukaan bumi.

3. LAPISAN-LAPISAN PADA ATMOSFER :

  1. Troposfer
  2. Statosfer
  3. Mesosfer
  4. Termosfer
  5. Ionosfer
  6. Eksofer

4. Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya gas karbondioksida (CO2) dan gas – gas lainnya di atmosfer.

5. Angin merupakan pergerakan udara dan timbul akibat pemanasan yang tetap dari udara dalam hubungannya dengan permukaan bumi, serat perputaran bumi pada porosnya.

6. Pengaruh Angin Bagi Tumbuhan

  1. Pengaruh angin secara langsung
  2. Pengaruh angin tidak langsung

7. Fungsi Angin:

  1. Mengangkut udara dingin atau hangat.
  2. Menggerakan awan dan kabut

8. Faktor Terjadinya Angin:

  1. Letak Tempat
  2. Tinggi Tempat
  3. Waktu

9. Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain.

10. Uap Air adalah sejenis fluida yang merupakan fase gas dari air, apabila mengalami pemanasan sampai temperatur didih di bawah tekanan tertentu. Uap Air tidak berwarna, bahkan tidak terlihat bila dalam keadaan murni kering.

11. Hujan adalah sebuah presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan presipitasi non-cair seperti salju, batu es dan slit.

12. Air tanah adalah bagian air yang berada pada lapisan permukaan tanah.

13. Peranan Air Bagi Tumbuhan:

  1. Struktur Tumbuhan
  2. Sebagai Penunjang
  3. Alat Angkut
  4. Pendingina
  5. Bahan baku fotosintesis

14. Stabilitas suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup, termasuk tumbuhan.

REFLEKSI PERTEMUAN I

KELOMPO I

PENGERTIAN DASAR DALAM EKOLOGI TUMBUHAN

1. Pengertian Ekologi adalah ilmu yang mempelajari antara interaksi manusia dengan lingkungannya.

2. Pengertian Ekologi Tumbuhan Ekologi tanaman mengandung dua pengertian, yaitu ekologi sebagai ilmu dan tanaman sebagai obyek. Tanaman mengandung arti tumbuhan yang telah dibudidayakan untuk maksud tertentu, sehingga hasilnya dijadikan sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang memiliki nilai ekonomi.

3. Ekologi tumbuhan terbagi atas

  1. Autekologi (Ekologi Spesies) Autekologi, yaitu ekologi yang mempelajari suatu spesies organisme atau organisme secara individu yang berinteraksi dengan lingkungannya. Contoh autekologi misalnya mempelajari adaptasi pohon pinus terhadap lingkungannya.
  2. Sinekologi (Ekologi komunitas) Sinekologi, yaitu ekologi yang mempelajari kelompok organisme yang tergabung dalam satu kesatuan dan saling berinteraksi dalam daerah tertentu. Contoh sinekologi misalnya mempelajari struktur dan komposisi spesies tumbuhan di hutan gambut.

4. Kerusakan lingkungan masih belum dapat ditanggulangi secara maksimal, namun kita sebagai warga kota dapat memberikan kontribusi pada lingkungan dengan cara membuat media tanam polybag, sebab lahan di daerah erkotaan yg sempit serta ini dapat membantu dalam mengatasi kerusakan lingkungan yang parah saat ini.

KELOMPOK II

TUMBUHAN DALAM LINGKUNGAN

1. Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan.

2. Lingkungan dibagi menjadi dua yaitu:

  1. Lingkungan Makro
  2. Lingkungan Mikro

3. Lingkungan Biotik adalah suatu lingkungan yang mempunyai kehidupan, dicontohkan : hewan , manusia , mikroorganiseme.

4. Lingkungan Abiotik adalah lingkungan benda yang tidak hidup , misalnya air, udara, tanah, dan lain lain.

5. Faktor Pembatasn adalah eksistensi dari keberhasilan suatu organisme atau kelompok organisme tergantung pada keadaan lingkungan yang sangat rumit. Suatu keadaan yang melampaui batas-batas toleransi disebut keadaan yang membatasi.

6. Relung atau niche merupakan tempat makhluk hidup berfungsi di habitatnya, bagaimana cara hidup, atau peran ekologi makhluk hidup tersebut.

7. Strategi Tumbuhan Terhadap Stres di bagi menjadi dua yaitu

  1. Abiotik terdiri dari Strategi tumbuhan terhadap kelebihan air, terhadap kekurangan air, terhadap salinitas, terhadap kekurangan oksigen, terhadap suhu, terhadap cahaya.
  2. Biotik

8. Adaptasi merupakan proses penyesuaian diri makhluk hidup dengan keadaan lingkungan sekitarnya.

9. Macam-macam adaptasi tumbuhan

  1. Adaptasi Morfologi
  2. Adaptasi Fisiologi
  3. Adaptasi tingkah laku

10. Abaptasi merupakan suatu bentuk penyesuaian makluk hidup dimana makluk hidup sangat sulit untuk menyesuaikan dengan lingkungannya, karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung pada cara kehidupan makhluk hidup tersebut. Contoh tumbuhan kaktus yang biasanya hidup di daerah gurun pasir, namun mampu hidup di dataran rendah maupun tinggi.

11. Indikator ekologi adalah fisik, kimia, atau tindakan biologis yang paling mewakili unsur-unsur kunci dari ekosistem yang kompleks. 12. Contoh dan Manfaat Indikator Ekologi

  • Contoh: Jumlah yang berbeda pada kumbang taksa yang ditemukan di lapangan dapat digunakan sebagai indikator keanekaragaman hayati.
  • Manfaat: Mengetahui macam-macam ekosistem termasuk biologi, Kimia dan fisika

SI GENIT YANG PARASIT

TALI PUTRI

Namanya cukup indah, tali putri. Orang Melayu menyebutnya “rambut putri”. Sebagian orang Sunda, terutama anak-anak menyebutnya sebagai “emas-emasan”, sebagian lainnya memberi nama “sangga langit”. Sementara di masyarakat Barat, meski punya nama resmi dodder, tumbuhan ini lebih dikenal karena julukannya yang khas, seperti “si rambut malaikat” (angel’s hair) atau “si rambut setan” (devil’s hair). Semua nama dan julukan itu tak lepas sebagai bagian dari upaya masyarakat di planet Bumi ini memberi identifikasi, baik dengan alasan mengagumi atau olok-olok, berdasarkan ciri-ciri penampilan tumbuhan ini.

Dilihat dari cirri fisiknya, tali putri yang bernama ilmiah Cuscuta sp atau sinonim lainnya sebagai Cassytha capillaris dan Cassytha filiformis, memang memiliki bentuk seperti tali, mirip mi spaghetti. Warnanya yang kuning keemasan akan tampak cemerlang jika mendapat sinar Matahari sehingga cukup menarik perhatian, meski dari jarak yang relatif jauh. Kehadirannya dalam bentuk tumpukan atau menumpang di atas tanaman perdu (biasanya tanaman pagar) dan semak-semak yang berwarna hijau akan menciptakan kontras tersendiri. Tumpukan yang ditandai dengan sulur yang berjurai-jurai terlihat laksana rambut berwarna keemasan yang menghiasi tumbuhan perdu atau semak. Banyak orang tertarik karenanya.

Anak-anak sering menjadikan tali putri sebagai bahan mainan. Dengan seluruh daya tariknya, tali putri pun bisa tampil bak putri nan genit. Namun, di balik sifat genitnya, tali putri sesungguhnya punya sifat merugikan. Ya, kehadirannya “menumpang” di atas tumbuhan perdu atau semak bukanlah karena ia “disukai” sang tanaman inang. Bukan pula kehadirannya yang bak hiasan itu karena ada kerja sama atau simbiosis mutualisme (saling menguntungkan) antara tali putri dengan tumbuhan inangnya. Yang terjadi adalah sebaliknya, “menumpangnya” tali putri di atas tumbuhan inang karena ia “tengah menjajah” tumbuhan lain melalui pola hubungan simbiosis parasitisme.

Tali putri memang tumbuhan parasit yang bisa membunuh inangnya. Di awal kehadirannya bersimbiosis dengan tumbuhan inang, tali putri hanya membelit, melilit, dan kemudian sedikit mengisap saripati makanan dari tumbuhan inang. Kebutuhan nutrisi, air, dan mineral untuk melanjutkan kehidupannya ia gantungkan pada tumbuhan inang. Namun, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhannya, tali putri tak hanya “sedikit menghisap” nutrisi sang inang. Ia juga akan bersaing memperebutkan ruang dan jatah cahaya matahari. Yang semula hanya melilitkan sulurnya pada bagian batang bawah tumbuhan inang, secara perlahan ia akan bergerak naik dan secara bergerombol “hinggap” dan menutupi tumbuhan inang. Akibat “perbuatan” tali putri, tak sedikit tumbuhan yang menjadi inangnya hidup meranggas. Sebagian lainnya malah mengering, lalu mati. Jika kebetulan tumbuhan yang dijadikan inang tali putri termasuk tanaman komoditas penting yang diusahakan petani, seperti tomat, kehadiran tali putri sangatlah merugikan. Produktivitas bisa turun dan petani akan mengalami kerugian ekonomi yang cukup berarti. Di Amerika Serikat, tali putri tergolong parasit yang diwaspadai dan masuk dalam daftar “sepuluh gulma utama” musuh Departemen Pertanian AS (USDA).

Sulit dikendalikan

Tali putri tersebar di kawasan tropik dan ditemukan tumbuh pada beberapa tanaman perdu dan semak yang rendah, baik semak belukar maupun lapangan terbuka pada daerah pantai atau jauh dari pantai. Tumbuh tidak teratur dan dapat menutup tumbuhan inang (host) hingga tidak kelihatan sama sekali. Batangnya berbentuk bulat seperti benang, lemah, bercabang, dengan diameter kurang dari 0,5 mm, berwarna cokelat muda kekuningan, panjangnya bervariasi, bisa mencapai 3-8 meter, melekat pada tumbuhan lain dengan alat pengisap. Daunnya berupa sisik kecil. Sedangkan bunganya juga berukuran kecil, berwarna putih kekuningan, berkumpul berbentuk bulir dengan panjang 2-5 cm. Buahnya berbentuk bulat, berdaging, dengan diameter 3-7 mm. (dr. Setiawan Dalimartha, “Atlas Tanaman Obat Indonesia”, Puspa Swara, 2006)

Tiap tahun tali putri menghasilkan biji yang jatuh ke tanah dan berkecambah dalam tanah. Tali putri muda panjangnya 2-4 inci, yang tumbuh dan bergerak ke arah inang. Pada musim panas dan gugur atau musim kemarau di Indonesia, tali putri menghasilkan bunga-bunga berukuran kecil berwarna putih. Bunga ini memproduksi dua sel kapsul buah yang meretak dan melepaskan 1-4 biji, di mana tiap bijinya bisa menghasilkan tumbuhan baru tiap tahun. Sebagian berpendapat, tali putri tidak memiliki zat hijau daun (klorofil) setelah ia menggantungkan seluruh hidupnya pada tumbuhan inang. Namun, berdasarkan sejumlah studi diketahui, tumbuhan tersebut memiliki klorofil pada tunas, buah, dan batangnya. Penyebarluasan biji tali putri bisa melalui sisa panen yang berpindah, aliran air irigasi, disebarkan langsung oleh manusia, atau bersama-sama dengan sisa pembuangan semak atau gulma. Tali putri juga memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap perubahan lingkungan. Bijinya mampu “tidur” atau dormansi selama lima tahun dalam tanah, menunggu kondisi yang baik untuk pertumbuhannya. Tumbuhan yang bisa diserang bukan hanya semak-semak belukar atau tumbuhan pagar, tapi juga tanaman hias seperti dahlia, krisan, atau helenium. Jika kebetulan menjumpai tali putri pada tanaman hias, sebaiknya segera dibasmi ketika masih belum berkembang biak. Jika sudah berbiak banyak dan menutupi permukaan tumbuhan, pengendaliannya menjadi lebih sukar. Tali putri termasuk parasit yang bandel karena sulit dibasmi jika tidak dibasmi sekaligus bersama tumbuhan inangnya.

Dengan demikian, tali putri bukan saja “si genit yang parasit”, tapi juga bisa dapat julukan baru, “si genit yang bandel”. Meski demikian, di luar sifatnya sebagai parasit, tali putri ternyata juga bisa dimanfaatkan.

Menurut Dr. Setiawan Dalimantha, alat pengisap yang sering merugikan tumbuhan inang dapat digunakan untuk pengobatan penyakit kanker. Rasanya manis agak pahit, sejuk, dan beracun. Herba ini masuk meridian hati dan ginjal, berkhasiat sebagai pembersih darah, pereda demam (antipiretik), antiradang, peluruh kencing (diuretic), dan penghenti pendarahan (hemostatis). Tuhan memang Mahaadil, menciptakan setiap makhluknya dengan sempurna dan seimbang. Di balik sifat parasit satu tumbuhan, selalu tersedia potensi positif yang berguna bagi kehidupan. (Syarifah S.P./dari berbagai sumber).

http://anekaplanta.wordpress.com/2007/12/26/tali-putri-si-genit-yang-parasit/

 

 

 

 

BIOGRAFI Al-Zahrawi

Al-Zahrawi

Peletak dasar-dasar ilmu bedah modern itu bernama Al-Zahrawi (936 M-1013 M). Orang barat mengenalnya sebagai Abulcasis. Al-Zahrawi adalah seorang dokter bedah yang amat fenomenal. Karya dan hasil pemikirannya banyak diadopsi para dokter di dunia barat. “Prinsip-prinsip ilmu kedokteran yang diajarkan Al-Zahrawi menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di Eropa,” ujar Dr. Campbell dalam History of Arab Medicine.

Ahli bedah yang termasyhur hingga ke abad 21 itu bernama lengkap Abu al-Qasim Khalaf ibn al-Abbas Al-Zahrawi. Ia terlahir pada tahun 936 M di kota Al-Zahra, sebuah kota berjarak 9,6 km dari Cordoba, Spanyol. Al-Zahrawi merupakan keturunan Arab Ansar yang menetap di Spanyol. Di kota Cordoba inilah dia menimba ilmu, mengajarkan ilmu kedokteran, mengobati masyarakat, serta mengembangkan ilmu bedah bahkan hingga wafat.

Kisah masa kecilnya tak banyak terungkap. Sebab, tanah kelahirannya Al-Zahra dijarah dan dihancurkan. Sosok dan kiprah Al-Zahrawi baru terungkap ke permukaan, setelah ilmuwan Andalusia Abu Muhammad bin Hazm (993M-1064M) menempatkannya sebagai salah seorang dokter bedah terkemuka di Spanyol. Sejarah hidup alias biografinya baru muncul dalam Al-Humaydi’s Jadhwat al Muqtabis yang baru rampung setelah enam dasa warsa kematiannya.

Al-Zahrawi mendedikasikan separuh abad masa hidupnya untuk praktik dan mengajarkan ilmu kedokteran. Sebagai seorang dokter termasyhur, Al-Zahrawi pun diangkat menjadi dokter istana pada era kekhalifahan Al-Hakam II di Andalusia. Berbeda dengan ilmuwan muslim kebanyakan, Al-Zahrawi tak terlalu banyak melakukan perjalanan. Ia lebih banyak mendedikasikan hidupnya untuk merawat korban kecelakaan serta korban perang.

Para dokter di zamannya mengakui bahwa Al-Zahrawi adalah seorang dokter yang jenius terutama di bidang bedah. Jasanya dalam mengembangkan ilmu kedokteran sungguh sangat besar. Al-Zahrawi meninggalkan sebuah ‘harta karun’ yang tak ternilai harganya bagi ilmu kedokteran yakni berupa kitab Al-Tasrif li man ajaz an-il-talil—sebuah ensiklopedia kedokteran. Kitab yang dijadikan materi sekolah kedokteran di Eropa itu terdiri dari 30 volume.

Dalam kitab yang diwariskannya bagi peradaban dunia itu, Al-Zahrawi secara rinci dan lugas mengupas tentang ilmu bedah, orthopedic, opththalmologi, farmakologi, serta ilmu kedokteran secara umum. Ia juga mengupas tentang kosmetika. Al-Zahrawi pun ternyata begitu berjasa dalam bidang kosmetika. Sederet produk kosmetika seperti deodorant, hand lotion, pewarna rambut yang berkembang hingga kini merupakan hasil pengembangan dari karya Al-Zahrawi.

Popularitas Al-Zahrawi sebagai dokter bedah yang andal menyebar hingga ke seantero Eropa. Tak heran, bila kemudian pasien dan anak muda yang ingin belajar ilmu kedokteran dari Abulcasis berdatangan dari berbagai penjuru Eropa. Menurut Will Durant, pada masa itu Cordoba menjadi tempat favorit bagi orang-orang Eropa yang ingin menjalani operasi bedah. Di puncak kejayaannya, Cordoba memiliki tak kurang dari 50 rumah sakit yang memberikan pelayanan prima.

Sebagai seorang guru ilmu kedokteran, Al-Zahrawi begitu mencintai murid-muridnya. Dalam Al-Tasrif, dia mengungkapkan kepedulian terhadap kesejahteraan siswanya. Al-Zahrawi pun mengingatkan kepada para muridnya tentang pentingnya membangun hubungan yang baik dengan pasien. Menurut Al-Zahrawi, seorang dokter yang baik haruslah melayani pasiennya sebaik mungkin tanpa membedakan status sosialnya.

Dalam menjalankan praktik kedokterannya, Al-Zahrawi menanamkan pentingnya observasi tertutup dalam kasus-kasus individual. Hal itu dilakukan untuk tercapainya diagnosis yang akurat serta kemungkinan pelayanan yang terbaik. Al-Zahrawi pun selalu mengingatkan agar para dokter berpegang pada norma dan kode etik kedokteran, yakni tak menggunakan profesi dokter hanya untuk meraup keuntungan materi.

Menurut Al-Zahrawi profesi dokter bedah tak bisa dilakukan sembarang orang. Pada masa itu, dia kerap mengingatkan agar masyarakat tak melakukan operasi bedah kepada dokter atau dukun yang mengaku-ngaku memiliki keahlian operasi bedah. Hanya dokter yang memiliki keahlian dan bersertifikat saja yang boleh melakukan operasi bedah. Mungkin karena itulah di era modern ini muncul istilah dokter spesialis bedah (surgeon).

Kehebatan dan profesionalitas Al-Zahrawi sebagai seorang ahli bedah diakui para dokter di Eropa. “Tak diragukan lagi, Al-Zahrawi adalah kepala dari seluruh ahli bedah.” Ucap Pietro Argallata. Kitab Al-Tasrif yang ditulisnya lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard of Cremona pada abad ke-12 M. Kitab itu juga dilengkapi dengan ilustrasi. Kitab itu menjadi rujukan dan buku resmi sekolah kedokteran dan para dokter serta ahli bedah Eropa selama lima abad lamanya pada periode abad pertengahan.

Sosok dan pemikiran Al-Zahrawi begitu dikagumi para dokter serta mahasiswa kedokteran di Eropa. Pada abad ke-14, seorang ahli bedah Perancis bernama Guy de Chauliac mengutip Al-Tasrif hampir lebih dari 200 kali. Kitab Al-Tasrif terus menjadi pegangan para dokter di Eropa hingga terciptanya era Renaissance. Hingga abad ke-16, ahli bedah berkebangsaan Prancis, Jaques Delechamps (1513M-1588M) masih menjadikan Al-Tasrif sebagai rujukan.

Al-Zahrawi tutup usia di kota Cordoba pada tahun 1013M—dua tahun setelah tanah kelahirannya dijarah dan dihancurkan. Meski Cordoba kini bukan lagi menjadi kota bagi umat Islam, namun namanya masih diabadikan menjadi nama jalan kehormatan yakni ‘Calle Albucasis’. Di jalan itu terdapat rumah nomor 6 –yakni rumah tempat Al-Zahrawi pernah tinggal. Kini rumah itu menjadi cagar budaya yang dilindungi Badan Kepariwisataan Spanyol.

Sang penemu puluhan alat bedah modern

Selama separuh abad mendedikasikan dirinya untuk pengembangan ilmu kedokteran khususnya bedah, Al-Zahrawi telah menemukan puluhan alat bedah modern. 

Dalam kitab Al-Tasrif, ‘bapak ilmu bedah’ itu memperkenalkan lebih dari 200 alat bedah yang dimilikinya. Di antara ratusan koleksi alat bedah yang dipunyainya, ternyata banyak peralatan yang tak pernah digunakan ahli bedah sebelumnya.

Menurut catatan, selama karirnya Al-Zahrawi telah menemukan 26 peralatan bedah. Salah satu alat bedah yang ditemukan dan digunakan Al-Zahrawi adalah catgut. Alat yang digunakan untuk menjahit bagian dalam itu hingga kini masih digunakan ilmu bedah modern. Selain itu, juga menemukan forceps untuk mengangkat janin yang meninggal. Alat itu digambarkan dalam kitab Al-tasrif.

Dalam Al-Tasrif, Al-Zahrawi juga memperkenalkan penggunaan ligature (benang pengikat luka) untuk mengontrol pendarahan arteri. Jarum bedah ternyata juga ditemukan dan dipaparkan secara jelas dalam Al-Tasrif. Selain itu, Al-Zahrawi juga memperkenalkan sederet alat bedah lain hasil penemuannya.

Peralatan penting untuk bedah yang ditemukannya itu antara lain, pisau bedah (scalpel), curette, retractor, sendok bedah (surgical spoon), sound, pengait bedah (surgical hook), surgical rod, dan specula. Tak cuma itu, Al-Zahrawi juga menemukan peralatan bedah yang digunakan untuk memeriksa dalam uretra, alat untuk memindahkan benda asing dari tenggorokan serta alat untuk memeriksa telinga. Kontribusi Al-Zahrawi bagi dunia kedokteran khususnya bedah hingga kini tetap dikenang dunia.

http://rumahislam.com/tokoh/3-ilmuwan-muslim/599-al-zahrawi-bapak-ilmu-bedah-modern.html

Adapun kisah lain tentang Al-Zahrawi

Dalam dunia kedokteran, nama Albucasis alias Al-Zahrawi tidak pernah luntur. Apalagi bila merunut pada penemuan penyakit hemofilia. Penyakit ini sebenarnya telah ada sejak lama sekali, dan belum memiliki nama. Talmud, yaitu sekumpulan tulisan para rabi Yahudi, 2 abad setelah Masehi menyatakan bahwa seorang bayi laki-laki tidak harus dikhitan jika dua kakak laki-lakinya mengalami kematian akibat dikhitan.

Titik terang ditemukan setelah Al-Zahrawi pada abad ke-12 menulis dalam bukunya mengenai sebuah keluarga yang setiap anak laki-lakinya meninggal setelah terjadi perdarahan akibat luka kecil. Ia menduga hal tersebut tidak terjadi secara kebetulan. Kata hemofilia pertama kali muncul pada sebuah tulisan yang ditulis oleh Hopff di Universitas Zurich, tahun 1828. Dan menurut ensiklopedia Britanica, istilah hemofilia (haemophilia) pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter berkebangsaan Jerman, Johann Lukas Schonlein (1793 – 1864), pada tahun 1928. Lukas menelusur aneka catatan kedokteran, termasuk tulisan Al-Zahrawi atau Albucasis itu.

Albucasis lahir sebagai Abu al-Qasim Khalaf bin Abbas Al-Zahrawi di Al-Zahra’a, 6 mil utara Cordoba di Andalusia (sekarang Spanyol), tahun 936. Dia mengawali karirnya sebagai dokter bedah dan pengajar di beberapa sekolah kedokteran. Namanya mulai menjadi perbincangan di dunia kedokteran setelah dia meluncurkan buku yang kemudian menjadi buku paling populer di dunia kedokteran, At-Tasrif liman ‘Ajiza ‘an at-Ta’lif (Metode Pengobatan)

Dalam buku itu, ia banyak menguraikan tentang hal-hal baru dalam operasi medis. Apa yang ditulisnya merupakan cetak biru dari apa yang dilakukannya selama 50 tahun melang melintang dalam dunia pengobatan. Bahkan, bukunya dianggap sebagai ikhtisar ensiklopedi kedokteran. Al-Zahrawi juga menciptakan sejumlah alat bantu operasi. Ada tiga kelompok alat yang diciptakannya, yaitu instrumen untuk mengoperasi bagian dalam telinga, instrumen untuk inspeksi internal saluran kencing, dan instrumen untuk membuang sel asing dalam kerongkongan.

Di atas semua itu, ia terkenal sebagai pakar operasi yang piawai mengaplikasikan aneka teknik paling tidak untuk 50 jenis operasi yang berbeda. Dia jugalah yang pertama menguraikan secara detil operasi klasik terhadap kanker payudara, lithotrities untuk ‘menggempur’ batu ginjal, dan teknik membuang kista di kelenjar tiroid. Dia juga termasuk salah satu penggagas operasi plastik, atau setidaknya, dialah yang memancangkan prosedur bedah plastik pertama kali.

Dalam bukunya, Al-Tasrif, Al-Zahrawi mendiskusikan tentang penyiapan aneka obat-obatan yang diperlukan untuk penyembuhan pasca operasi, yang dalam dunia pengobatan modern dikenal sebagai ophthalmologi atau sejenisnya. Dalam penyiapan obat-obatan itu, ia mengenalkan tehnik sublimasi. Al-Zahrawi juga ahli dalam bidang kedoteran gigi. Bukunya memuat beberapa piranti penting dalam perawatan gigi. Misalnya thereof, alat yang sangat vital dalam operasi gigi.

Di buku yang sama, ia juga mendiskusikan beberapa kelainan pada gigi dan problem deformasi gigi serta bagaimana cara untuk mengoreksinya. Ia juga memciptakan sebuah teknik untuk menyiapkan gigi artifisial dan cara memasangnya. Al-Tasrif dialihbahasakan ke dalam bahasa Latin pada abad pertengahan oleh Gherard of Cremona. Sejumlah editor lain di Eropa mengikutinya, dengan menerjemahkannya ke dalam bahasa mereka. Buku dengan sejumlah diagram dan ilustrasi alat bedah yang digunakan Al-Zahrawi ini kemudian masuk ke kampus-kampus dan menjadi buku wajib mahasiswa kedokteran.

Al-Zahrawi disebut oleh Pietro Argallata (meninggal tahun 1423) sebagai “Pimpinan segala operasi bedah tanpa keraguan”. Jacques Delechamps (1513-1588), ahli bedah Prancis lainnya, menyebut Al-Zahrawi sebagai pemikir jempolan abad pertengahan hingga Renaissance. Ia merujuk komentarnya pada kitab At Tasrif karya Al-Zahrawi yang banyak dirujuk dokter-dokter pada masa itu.

Al-Zahrawi menjadi pakar kedokteran populer di zamannya. Bahkan hingga lima abad setelah kematiannya, bukunya tetap menjadi buku wajib bagi para dokter di berbagai belahan dunia. Prinsip-prinsip ilmu pengetahuan kedokterannya, menurut Dr Cambell, pakar sejarah pengobatan Arab, dimasukkan dalam kurikulum fakultas kedokteran di seluruh belahan Eropa. Dia juga dikenal sebagai fisikawan andal kebanggaan Raja Al-Hakam II dari Spanyol. Setelah malang melintang di dunia kedokteran dengan sejumlah temuan baru, Al-Zahrawi berpulang pada tahun 1013. Namanya tercatat dengan tinta emas dalam dunia kedokteran modern hingga kini.

http://kotasantri.com/santripedia/cendikiawan/al-zahrawi

 

 

AUTEKOLOGI PURNAJIWA (Euchresta horsfieldii (Lesch.) Benn. (FABACEAE) DI SEBAGIAN KAWASAN HUTAN BUKIT TAPAK CAGAR ALAM BATUKAHU BALI

Pembagian ekologi menurut bidang kajiannya :

  1. Autekologi, adalah ekologi yang mempelajari suatu jenis (spesies) organisme yang berinteraksi dengan lingkungannya, biasanya tekanannya pada aspek siklus hidup, adaptasi, sifat parasitis, dll.
  2. Sinekologi, Ekologi yang mengkaji berbagai kelompok organisme sebagai suatu kesatuan yang saling berinteraksi dalam suatu daerah tertentu, ekologi jenis, ekeologi populasi.

www.uajy.ac.id/jurnal/biota/abstrak/2002-1-6.doc

AUTEKOLOGI PURNAJIWA (Euchresta horsfieldii (Lesch.) Benn. (FABACEAE) DI SEBAGIAN

KAWASAN HUTAN BUKIT TAPAK CAGAR ALAM BATUKAHU BALI

Oleh: SUTOMO, LAILY MUKAROMAH

INTISARI

Purnajiwa adalah salah satu tumbuhan obat yang hidup di hutan dataran tinggi Bali. Tumbuhan ini dipercaya oleh masyarakat Bali memiliki khasiat sebagai aprodisiak. Kini keberadaannya di alam semakin terancam karena over-eksploitasi dan kerusakan habitatnya di alam. Cagar Alam Batukahu adalah salah satu habitat Purnajiwa yang masih tersisa. Studi pendahuluan ini bertujuan untuk mendeskripsikan ekologi Purnajiwa di habitat alaminya. Purnajiwa ditemukan pada tempat yang ternaungi diantaranya adalah di bawah pohon Laportea sp., Ficus sp., Syzygium zollingerianum, dan Sauraria sp. dengan intensitas penyinaran antara 55-65%. Tumbuh pada kemiringan tanah antara 20-55 % serta ketebalan seresah 3-7 cm dengan pH tanah berkisar antara 6,7-6,8. Sebanyak 16 jenis tumbuhan bawah hidup bersama purnajiwa diantaranya yang cukup dominan adalah Diplazium proliferum (INP = 54,6) dan Oplismenus compositus L. (INP = 40). Hasil dari studi ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi kepentingan aklimatisasi konservasi ex-situ dan penelitian budidaya Purnajiwa demi mencegah jenis ini dari kepunahan.

Kata kunci: Autekologi, Bukit Tapak, Cagar Alam Batukahu, Purnajiwa

Naskah ini diterima tanggal 8 Mei disetujui tanggal 21 Juni 2010

JURNAL BIOLOGI XIV (1) : 24 – 28 ISSN : 1410 5292

PENDAHULUAN

Hutan pegunungan menjadi salah satu tempat “sanctuary” terakhir dari keanekaragaman hayati yang tersisa di Pulau Bali seperti halnya di Pulau Jawa (Whitten et al., 1996). Purnajiwa (Euchresta horsfieldii (Lesch.) Benn) adalah salah satu jenis tumbuhan obat yang hidup di daerah pegunungan dan cukup dikenal oleh masyarakat Bali. Tumbuhan ini juga termasuk dalam kategori dua ratus tumbuhan langka Indonesia (Mogea et al., 2001). Euchresta horsfieldii (Lesch.) Benn. di Bali dikenal dengan nama purnajiwa, di Jawa dikenal sebagai pronojiwo, sedangkan nama umum di Indonesia adalah pranajiwa. Purnajiwa adalah tumbuhan yang cukup populer di Bali. Para balian usada (dukun pengobat tradisional Bali) percaya buah purnajiwa dapat digunakan sebagai obat kuat penambah gairah (aprodisiak) sehingga banyak dijadikan target eksplorasi masyarakat sekitar hutan secara sporadis. Purnajiwa juga bertindak sebagai antidote, expectorant dan tonic yang dapat menetralisir racun ular dan obat TBC. Akar dan batang purnajiwa mengandung flavonoid, isoflavones, pterocarpans, caumaronochromones dan flavonones sedangkan bijinya mengandung alkaloid berupa cytosine (1,5%), matrine dan matrine-n-oxide (Lemmens dan Bunyapraphatsara, 2003).

Secara sistematis purnajiwa dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Lemmens dan Bunyapraphatsara, 2003):

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Resales

Suku : Fabaceae

Marga : Euchresta

Jenis : Euchresta horsfieldii (Lesch.) Benn.

Morfologi purnajiwa dapat dideskripsikan sebagai berikut : Perdu atau semak, tegak, tinggi mencapai 2 m. Batang percabangan agak jarang. Daun majemuk, tersusun spiral, berjumlah 3-5 helai, bentuk melonjong atau membulat telur, agak berdaging. Perbungaan bentuk tandan, tegak, berbulu halus, panjang 4-12 cm. Bunga kecil, berwarna putih kekuningan, berbentuk seperti kupu-kupu (Gambar 1). Buah kecil, mengkilap, berbentuk lonjong, panjang 1-2 cm, ketika belum masak berwarna hijau dan saat masak berwarna hitam kebiruan, tiap buah berisi mengandung satu biji. Biji berbentuk lonjong (Lemmens dan Bunyapraphatsara, 2003). Biasanya buah mulai masak sekitar Bulan Agustus-September (Siregar dan Peneng, 2004). Umumnya purnajiwa tumbuh mengelompok di hutan sekunder dan lereng gunung dengan ketinggian antara 1.000-2.000 m dpl. Purnajiwa dapat pula dijumpai di kawasan lainnya di Asia, seperti di India, Filipina, dan di Indonesia tersebar di Sumatera, Jawa dan Bali (Lemmens dan Bunyapraphatsara, 2003). Purnajiwa dapat diperbanyak dengan biji namun cara ini memiliki kendala yaitu Meskipun berbunga banyak akan tetapi biji yang dihasilkan hanya sedikit. Biji-biji tersebut juga termasuk sulit dikecambahkan (Siregar dan Peneng, 2004). Perbanyakan dengan stek pun seringkali mengalami kegagalan karena stek batang dari tanaman yang termasuk famili Fabaceae seperti purnajiwa ini merupakan tanaman yang sulit membentuk perakaran (Siregar dan Peneng, 2004).

Pengambilan jenis ini di alam yang berlebihan tanpa diimbangi upaya konservasi dan budidaya yang memadai mulai mengancam keberadaan populasinya di alam. Melestarikan suatu jenis tumbuhan yang terancam punah adalah salah satu tujuan dari konservasi. Untuk melindungi spesies yang rentan terhadap kepunahan, diperlukan pemahaman mengenai aspek ekologis spesies tersebut. Akan tetapi informasi mengenai ekologi untuk spesies yang terancam punah masih sangat sedikit (Hobbs dan Atkins, 1990; Lesica, 1992; Zobel, 1992). Upaya konservasi tumbuhan seharusnya dimulai dengan penelitian lapangan mengenai autekologi jenis tersebut sebelum beranjak pada kegiatan budidaya. Dengan mengingat tiap spesies memiliki apa yang disebut ‘ecologic individuality’ atau kebutuhan relung hidup yang spesifik dapat diduga bahwa tiap detil perubahan dalam komposisi spesies atau vegetasi dari suatu tempat ke tempat lainnya kemungkinan menunjukkan adanya beberapa perbedaan faktor-faktor lingkungan. Dengan demikian autekologi dengan analisis kuantitatif dapat mengungkap adanya hubungan atau korelasi antara faktor ligkungan dengan komposisi vegatasi dan keberadaan suatu spesies tertentu di suatu habitat (Daubenmire, 1968; Loewen et al., 2001). Penelitian autekologi tumbuhan purnajiwa dengan demikian penting dilakukan untuk mengungkap preferensi jenis ini di habitat dalam mendukung upaya konservasinya.

PEMBAHASAN

Purnajiwa ditemukan pada tempat yang ternaungi diantaranya adalah di bawah pohon Laportea sp., Ficus sp., Syzygium zollingerianum, dan Sauraria sp. Dengan intensitas penyinaran antara 35-65%. Tumbuh pada kemiringan lahan antara 20-55 %. Distribusi individu di dalam suatu populasi tumbuhan jarang ditemukan dengan pola yang acak di dalam suatu lanskap, seperti terlihat di pola penyebaran pohon-pohon dan semak tropis umumnya ditemukan dalam pola mengelompok (clumped) daripada acak (Call dan Nilsen, 2003; Hubbel, 1979; Roxburgh dan Chesson, 1998). Demikian pula yang ditemui di lokasi penelitian, dimana individu purnajiwa ditemukan hidup mengelompok membentuk suatu populasi di bawah naungan jenis-jenis pohon seperti telah disebutkan sebelumnya di atas. Dapat dilihat bahwa purnajiwa ditemukan pada tempat-tempat dengan nilai kelerengan yang besar atau cukup curam di dalam hutan populasi purnajiwa lebih banyak terdapat pada lantai hutan dengan intensitas penyinaran yang moderat yaitu sekitar 50%. Selain faktor abiotik yaitu faktor lingkungan, factor biotik yaitu tumbuhan lain yang hidup bersama suatu jenis merupakan parameter penting di dalam autekologi tumbuhan (Le Brocque, 1995; Swamy et al., 2000). Dengan demikian selain dengan memperhatikan factor lingkungannya, karakteristik habitat E. horsfieldii dapat diketahui dengan memperhatikan tumbuhan yang ada di sekitarnya (Tabel 3). Tabel tersebut memperlihatkan bahwa Diplazium proliferum (INP = 54,6) dan Oplismenus compositus L. (INP = 40) adalah jenis tumbuhan bawah

yang cukup dominan di lokasi penelitian sedangkan Begonia cf. longifolia (INP = 5,58) merupakan jenis dengan nilai penting yang terendah. Selain di Bukit Tapak, jenis O. compositus juga merupakan tumbuhan bawah yang mendominasi komunitas tumbuhan bawah di jalur perjalanan hutan tropis di Kebun Raya Bali (Sutomo dan Undaharta 2005). Melestarikan organisme di habitat alaminya adalah best practice jika memungkinkan akan tetapi situasi terus berubah dengan semakin nyatanya perubahan iklim serta meningkatnya aktivitas manusia di kawasan hutan untuk mencari berbagai hasil hutan seperti untuk kayu bakar, humus, tumbuhan anggrek, paku dan juga termasuk purnajiwa untuk tujuan komersil sehingga mengancam keberadaan jenis ini di alam. Dalam kasus seperti ini, konservasi secara ex situ harus mulai diterapkan, sehingga jumlah maksimal variasi genetik pada jenis yang masih ada bisa diselamatkan dan memberikan kesempatan untuk bertahan hidup (Anonim, 1989). Salah satu upayanya dengan mengambil material tumbuhan purnajiwa baik berupa biji, anakan purnajiwa dengan teknik putaran maupun stek batangnya untuk kemudian di lakukan aklimatisasi serta penelitian perbanyakannya di kebun raya yang akan bermuara pada kegiatan reintroduksi purnajiwa di habitat alaminya. Kegiatan aklimatisasi purnajiwa di kebun raya akan dapat memanfaatkan data autekologi ini dengan membuat iklim mikro dan artificial environment yang sedapat mungkin menyerupai kondisi di habitat alaminya.

SIMPULAN

Purnajiwa ditemukan pada tempat yang ternaungi diantaranya adalah di bawah pohon Laportea sp., Ficus sp., Syzygium zollingerianum, dan Sauraria sp. Dengan intensitas penyinaran antara 55-65%. Tumbuh pada kemiringan tanah antara 20-55 % serta ketebalan seresah 3-7 cm dengan pH tanah berkisar antara 6,7- 6,8. Sebanyak 16 jenis tumbuhan bawah hidup bersama purnajiwa diantaranya yang cukup dominan adalah Diplazium proliferum (INP = 54,6) dan Oplismenus compositus L. (INP = 40). Populasi purnajiwa di sebagian kawasan hutan Bukit Tapak secara umum masih cukup baik, namun intensitas masyarakat memasuki kawasan hutan ini harus menjadi perhatian apabila menghendaki kelestarian biodiversitas tumbuhan pegunungan, termasuk jenis purnajiwa ini. Kegiatan konservasi exsitu disarankan menjadi salah satu alternatif solusi untuk menyelamatkan populasi purnajiwa.

REVIEW

Saya mengkategorikan Jurnal yang berjudul “AUTEKOLOGI PURNAJIWA (Euchresta horsfieldii (Lesch.) Benn. (FABACEAE) Di Sebagian Kawasan Hutan Bukit Tapak Cagar Alam Batukahu Bali” ini termasuk dalam kajian bidang AUTEKOLOGI. Dilihat dari pengertian Autekologi adalah ekologi yang mempelajari suatu jenis (spesies) organisme yang berinteraksi dengan lingkungannya, biasanya tekanannya pada aspek siklus hidup, adaptasi, sifat parasitis, dll. Dari segi Autekologi, dalam karya tulis ini dapat dipelajari bahwa tanaman Purnajiwa ini adalah suatu jenis spesies tanaman yang hidup di hutan dataran tinggi. Purnajiwa ditemukan pada tempat yang ternaungi diantaranya adalah di bawah pohon Laportea sp., Ficus sp., Syzygium zollingerianum, dan Sauraria sp, dengan intensitas penyinaran antara 55-65%. Tumbuh pada kemiringan tanah antara 20-55 % serta ketebalan seresah 3-7 cm dengan pH tanah berkisar antara 6,7-6,8.

http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/artikel%20sutomo.pdf

Previous Older Entries